Jam sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB dan tanggal 3 Oktober. Saya sedang bersiap-siap memasukkan perkap (perlengkapan) pribadi ke dalam tas. Tanpa disadari, sudah jam 14.45. Padahal, kami diperintahkan berkumpul di sekolah jam 15.00 Langsung saja saya mandi dan berangkat ke sekolah dengan membawa tas yang berisi perkap pribadi tadi.
Sampai di sekolah, teman-teman sedang sibuk mempersiapkan perkap mereka. Setelah itu, kami mengikuti upacara dan mencari kelas untuk istirahat. Oia, tujuan kami mengikuti persami adalah untuk mendapatkan/menjadi anggota ambalan SMA 3 (TARUNA BHAKTI KUSUMA PERTIWI).
Kami tidur peregu/sangga, sangga kelompok saya adalah Mohammad Hatta, anggotanya adalah : Denny, Abdu, Saya (Arga), Anto, Azzam, Yannuar, dan Fauzi. Ketika waktu shalat, kami shalat berjamaah di lapangan basket. Setelah itu dilanjut dengan acara makan malam dan bakti sosial, dan malamnya ada acara api unggun. Saat acara api unggun hampir selesai ada siswi yang kesurupan, tapi untungnya segera diatasi.
Saatnya tidur. Di dalam kelas ada 8 sangga/regu terasa sangat ramai. Sampai-sampai kakak Bantara datang dan menyuruh kami untuk tidur karena tengah malam nanti ada wisata malam.
Sekitar pukul 12 malam, kami semua dibangunkan (padahal nggak banyak orang yang bisa tidur karena banyak nyamuk). Kami berjalan ke lapangan untuk berbaris dengan memakai tas dari tas kresek berwarna putih yang disambung dengan tali rafia berwarna biru (tali rafianya dikepang). Di dalamnya berisi alat tulis, kain kawan ukuran 1x1 meter, dan air minum.
Kami membuat barisan perkelompok. Sedangkan kakak Bantara akan memilih barisan yang paling rajin dan rapi untuk berangkat lebih dahulu mengikuti wisata malam itu. Kira-kira ada 32 sangga (16 sangga putra dan 16 sangga putri). Satu persatu barisan di kanan kiri barisan saya sudah dipersilahkan berjalan pergi untuk mengikuti acara tersebut.
Teman-teman satu sangga sudah berdiri dengan rapi dan tegap agar segera dipilih untuk berjalan meninggalkan lapangan. Tapi, sialnya barisan saya mendapat giliran terakhir. Akhirnya kamipun berjalan mengikuti rute yang ada. Karena kesal dan ingin segera menyelesaikan acara wisata malam ini, teman-teman regu saya tidak berhenti dibanyak pos yang tidak mereka sukai dan langsung berjalan melewati pos tersebut. Kami tidak menghiraukan panggilan kakak Bantara yang berteriak-teriak menyuruh kami untuk kembali.
Sesampainya di pos yang ditunggu-tunggu dan berada di sekitar jalan yang menuju ke arah pemakaman pasir luhur, kami masuk ke barisan untuk kemudian berjalan berdua untuk cowo dan cewe bertiga atau berempat. Aku berjalan berdua dengan teman dari sangga lain. Kemudian kami berhenti di pos (di pinggir sungai dan berada di atas makam pasir luhur) dan melanjutkan berjalan sendirian.
Saat menuruni jalan yang berada tepat di samping makam, aku melihat ada penampakan putih-putih (seperti pocong) di bawah pohon yang terletak di samping makam, saya sudah tahu bahwa itu pasti penampakan jadi-jadian. Sehingga terjadilah percakapan :
Arga : (berjalan mendekati penampakan)”Eh pocong...”(dengan nada ragu-ragu)
Penampakan tersebut menoleh dan ternyata adalah kuntilanak.
Arga : (tanpa rasa takut dan malu sedikitpun) ”Owh... kuntilanak...”
Saya berjalan melewati kuntilanak jadi-jadian itu.
Kuntilanak jadi-jadian : (masih dengan ekspresi ingin membuat saya takut) ”Dek, jalannya lewat sana, tanda tangan di peti”(sambil menunjuk ke tempat keranda berjajar)
Arga : (sambil mendekati kuntilanak jadi-jadian) ”Lewat mana kak?Nyebrangi makam?”
Kuntilanak jadi-jadian : ”Iya lewat sana !”
Waktu saya sudah sangat dekat dengan keranda, saya melihat teman dari regu lain yang sedang melewati sekitar kuntilanak jadi-jadian tadi dan terkejut. Kemudian orang itu menjerit ketakutan dan lari ke arah yang salah.
Saya hampir tertawa melihat ekspresi orang tadi. Karena saya melihat orang tadi dan tidak memperhatikan jalan, tidak sengaja saya menyandung sebuah tenger (papan nama yang ada di makam). Untungnya tenger itu nggak terlepas dari tanah dan saya melanjutkan berjalan.
Di dalam peti yang berada di samping katil ada sesosok makhluk yang berkain putih dan sedang tidur. Pulpen yang harusnya dipakai untuk tanda tangan, dipegang oleh makhluk aneh itu. Daripada kelamaan, saya ambil pulpen punya sendiri dan langsung tanda tangan di kertas. Setelah itu, melanjutkan perjalanan ke renungan malam.
Saat renungan malam, mata kami ditutup pake kain kavan tadi dan berjalan bersama teman satu regu. Setelah beberapa menit, acara renungan selesai dan dilanjut dengan shalat subuh berjamaah di lapangan basket.
Siang harinya kami dilantik. Sempat ada acara ”ditolak” seperti waktu PTM. Teruspulang deh... Sampai di rumah sekitar jam 10 pagi dan langsung tidur.
Minggu, 13 Desember 2009
Pengalaman Persami
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar