Kebetulan kemarin saya baru hangout dengan teman-teman seperjuangan, jadi saya terilhami untuk menulis cerita kami di blog. Ini adalah sebuah kisah perjalanan yang mengesankan mengiringi perjuangan menghadapi SNMPTN 2012. Sebelum mengikuti tes SNMPTN, Saya, Ragil dan Irwan sudah mengalami kegagalan di 2 Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK), yaitu AMG (Akademi Meteorologi dan Geofisika) dan STIS (Sekolah Tinggi Ilmu Statistik). Saya pernah share ceritanya di kaskus, ini linknya : (Share pengalaman masuk universitas).
Tapi di sini saya ingin menceritakan sisi lain dari perjalanan kami, yaitu dari segi kegokilan yang kami alami. Karena saya suka angka 7, Saya hanya akan menulis 7 kegokilan saja, sisanya biarlah hanya kami dan Tuhan yang tahu. Banyak kejadian lucu waktu itu, maklum perjalanan ini merupakan pertama kalinya kami nggelandang di Semarang tanpa di dampingi orang yang sudah paham daerah sini. Saya memang sudah cek lokasi tes dan mencarikan tempat untuk menginap (waktu itu bersama keluarga) sebelum kami ke Semarang, karena itulah saya yang bertanggung jawab dengan kelancaran agenda sakral kami ini.
Dengan semangat yang berkobar, kami (Saya, Ragil, Irwan, Ari, Noto dan Bapaknya Noto yang kebetulan ada tugas kerja ke luar kota) berangkat ke Semarang naik kereta untuk mengikuti tes SNMPTN. Harapan dan doa mengiringi kepergian kami. Sesampainya di Semarang, Irwan berpisah dengan kami. Dia ikut teman kami, Miftah untuk menginap di rumah tantenya. Akhirnya kami ber- 5 (minus Irwan) melanjutkan perjalanan naik mobil omprengan dari stasiun ke tempat kami akan menginap. Kami menginap di kos-kosan belakang gedung UNISBANK (daerah Mugas).
Lokasi kos kami lumayan dekat dengan lokasi tes SNMPTN yang berada di Jalan Pandanaran. Saya, Ragil, Noto dan Ari sama-sama dari kelas IPA dan kita berada di kelas yang sama saat kelas XII, yaitu XII IPA 2. Kami berempat mengambil pilihan IPC, sekalian mencoba keberuntungan kami di prodinya IPS.hehe..
Saya dan Ragil mendapatkan tempat tes di SMK 4 Semarang, sedangkan Noto dan Ari tempat tesnya di SMA 1 Semarang. Lokasi yang sangat berdekatan. Cerita lucupun dimulai :
(1) Noto : Tips Nyari Makan Murah
Berhubung kami anak baru di kota asing ini, maunya sih nyari makan yang enak dan murah. Noto mencoba menerapkan tipsnya : cari warung yang kumuh. Maksud dari kata kumuh yaitu tempat makan yang sederhana dan tempatnya tidak terlalu bagus dengan asumsi makanannnya murah (dan semoga enak).
“Golet tempat sing kumuh, eben murah”
Artinya : Cari tempat yang kumuh, biar murah.
**Noto adalah teman saya sejak SMP, kami sama-sama dari SMP 2 Tegal. Sejak masih SMP, Noto adalah anak yang lucu dan pinter ngelawak. Guru killer di SMP pernah dia bikin ketawa. Haha.. :D**
Teman-teman pun setuju. Kami berempat (Saya, Ragil, Ari dan Noto) keluar kosan dan mencari tempat makan. Sambil bersenda gurau, beberapa warung makan kami lewati karena tampilannya yang menurut Noto mewah. Wkwkwkwk...
“Not, nang kene bae lah not kan kumuh not...”, kata Ari pelan-pelan sambil menunjuk sebuah warung makan. (Artinya : Not, disini saja lah kan kumuh not...)
Noto menjawab, “Aja, kiye mewah bol...” (Artinya : Jangan, di sini terlalu bagus tau...)
Saya dan Ragil juga ikut memberikan saran, tapi saran kami ditolak juga. Dasar aneh si Noto, Wkwkwk...
Akhirnya, karena perut yang lapar dan ada warung yang masuk ke kategorinya si Noto, kamipun makan di warung itu. Sekilas di dalam hanya terlihat bungkus-bungkus mie instan dan gorengan.
“Mau makan apa mas?” Si mbak pemilik warung bertanya.
“Ada apa aja mbak?” Saya bertanya balik.
“Ada mie, sama gorengan atau mau bakso sama soto juga ada.”
“Pan pesen apa?” Ragil bertanya kepada kami.
Setelah melalui perundingan yang memakan waktu cukup lama karena saling lempar-lemparan, akhirnya kami berempat memilih menu yang sama, yaitu soto. Kami terkejut ketika melihat mbak-mbaknya malah ke luar dari warungnya dan menuju ke warung lain yang menurut Noto tadi tidak termasuk kategori kumuh.
Wah, sial kami tertipu. Mending tadi langsung beli di warung yang jual soto saja. Kamipun membayar dengan harga yang mungkin lebih mahal karena sotonya didatangkan dari warung lain. Wkwkwk...
Kesimpulan : Jangan melihat sesuatu dari covernya.
(2) Salah Kiblat
Berada di daerah baru yang arah bangunannya tidak beraturan tentu membuat kami bingung menentukan arah kiblat untuk sholat di kamar kos. Pedoman kami hanya musholla yang kami jumpai saat menuju kosan dari luar gang. Biasanya ketika kita masuk pintu musholla atau masjid “berbanding lurus” (bahasa fisikanya keluar noh...) dengan arah kiblat. Gak pernah kan lihat masjid atau musholla yang sholatnya menghadap ke arah luar atau ke pintu gerbang masuk utama. Biasanya kan orang sholat membelakangi pintu masuk utama. Paham kan?
Jelas... Ini adalah pedoman yang sesat dan salah, karena kira perlu masuk untuk membuktikan. Satu hari lebih kami sholat tapi salah kiblat. Hal ini kami sadari ketika Irwan, teman kami yang religius bergabung bersama kami (tadinya dia ikut Miftah) mengajak untuk sholat berjamaah di musholla dekat kos. Dan ternyata...
Arah kiblatnya itu bukan selurusan ketika kita masuk musholla. Penjelasannya begini, ketika kita masuk dari pintu utama (pintu depan) musholla, ternyata arah sajadah dan karpetnya menghadap ke arah kiri dari kita. Astaghfirullah...
(3) Pak Satpam : "Mau ngapain mas!"
Malam hari, kami jalan-jalan ke luar kosan sekalian melihat tempat tes yang ada di SMK 4 dan SMA 1 yang akan kami pakai esok harinya. Meskipun sekolah tempat tesnya sama, tapi ruang kelas yang akan kami pakai masing-masing berbeda. Mulai dari Ragil, dia dapat kelas yang letaknya di tengah sekolah. Kemudian Saya, kelas saya dicari-cari susah ketemunya. Padahal saat itu di sekolah SMK 4 sedang ada renovasi dan mulai dari bagian tengah ke belakang sekolah tidak ada penerangan lampu, mana sekolahnya gede banget lagi. Oh iya, struktur tanahnya juga tidak rata. Jadi harus naik turun, ruang kelas yang di paling belakang paling tinggi di antara bangunan yang lain di sekolah itu padahal gak tingkat.
Setelah ngubek-ngubek isi sekolah yang rumit, serta dengan rasa takut (sori ya, Saya sih gak takut) akhirnya kami bertemu dengan sosok mirip manusia di kegelapan. Ya, benar dia memang manusia juga yang juga sedang mencari tempat tesnya.
Ternyata tempat tes saya berada di tempat terpojok dan tergelap di sudut sekolah yang sangat luas ini.
“Yuh, balik bae yuh. Tempat tesnya Arga adoh nemen. Mengko ana sing ora-ora keh, peteng nemen maning.” (Artinya : Yuk, pulang aja yuk. Tempat tesnya Arga jauh banget. Ntar ada yang enggak-enggak nih, gelap banget lagi.)
“Iya, gampang wis lah. Ntar berangkat pagi-pagi aja, gampang tanya-tanya ke orang.”Gak tau siapa yang mulai, kami akhirnya berlarian ke luar sekolah yang gelap gulita itu.
Kemudian, giliran tempat tesnya Noto dan Ari yang ada di SMA 1 Semarang. Awal-awal kami memasuki gerbang, kami ditegur oleh satpam. Kirain gak boleh masuk, eh ternyata...
“Mas, mau ngecek lokasi atau mau main?!”
Waduh... Ternyata Pak Satpam menegur Noto yang pake celana pendek. Kami baru sadar, akhirnya kami dan Pak Satpam tertawa. Dengan mudah, lokasi tes Noto dan Ari kami temukan hanya dalam beberapa menit menjelajah sekolah elite itu.
(4) Mulas...
Makanan di Tegal terkenal dengan rasanya yang pedas. Begitupun kami, kami sangat menyukai masakan yang pedas-pedas. Tapi perut saya tidak bisa diajak kompromi kalau kebanyakan makan pedas.
Begini kronologis kejadiannya : Tengah malam sebelum tes SNMPTN kami membeli ayam penyet di dekat gang kos-kosan tempat kami menginap untuk di bungkus dan di makan besok pagi-pagi. Hal ini untuk mensiasati kalau pagi-pagi tidak ada warung makan yang buka. Bisa berabe, ujian dari pagi sampai siang tapi perut belum diisi.
Gilanya, saya makan ayam beserta sambal-sambalnya. Padahal makan malam kami, menunya sama : Ayam penyet juga! Pagi-pagi setelah sarapan dan mandi, perut tiba-tiba mulas. Dalam perjalanan menuju tempat tes, saya berjalan sambil menahan mulas.
Parahnya lagi, sampai di sekolah tempat tespun masih terasa. Dan akhirnya, saya ke toilet. Betapa terkejutnya, di toiletnya gak ada gayung (alat untuk mengambil air), adanya kaleng cet bekas. Mungkin karena lagi direnovasi kali yah...
Hari pertama tes diwarnai dengan rasa mulas sambil mengerjakan soal. Peserta ujian yang lain saja pada mengeluh karena soalnya susah (katanya sih). Apalagi saya yang sambil nahan sakit perut ini. Haha..
Saya juga ingat, mungkin ini jalan dari Allah untuk menunjukkan bahwa saya sebaiknya betul-betul pindah jalur dari IPA ke IPS. Di tengah-tengah mengerjakan soal saat mengerjakan soal IPA, petugas yang menyuruh mengisi tanda tangan lembar jawaban, secara tidak sengaja menjatuhkan pulpen di bagian yang untuk mengisi jawaban yang berakibat ada coretan pulpen di lembar jawaban komputer. Saya baru sadar beberapa saat sebelum waktu habis, ya sudahlah. Pasrah saja...
Padahal saya sudah ikut les di 2 di bimbel ne*tron dan les privat 1 minggu di bimbel G*S.
Padahal saya sudah ikut les di 2 di bimbel ne*tron dan les privat 1 minggu di bimbel G*S.
(5) Ga.. Ampun Ga..
Setiap habis makan, kami selalu berkumpul di dalam satu kamar untuk belajar bersama (kami menyewa 2 kamar). Awalnya sih, kami serius dan konsentrasi belajar dan saling membantu jika ada soal yang jawabannya sulit. Tapi tetangga kamar kami, menonton acara OVJ di TV dengan volume yang sangat keras dan mengganggu.
Karena tidak bisa konsentrasi, kami membuat kegaduhan. Mulanya Ragil ijin ke belakang untuk buang air. Kemudian kami mengunci pintu kamar tempat kami berkumpul, dan kemudian mematikan lampu kamar. Suasana di dalam kamar pun dibuat hening tanpa suara.
Begitu Ragil datang, kegaduhan dimulai. Ragil menggedor-gedor pintu ingin masuk. Tapi kami di dalam malah bercanda. Gak tau dapet ide darimana, Ragil, melemparkan sandal-sandal dan sepatu yang ada di luar kedalam melalui jendela nako yang bisa dibuka dari luar. Kamar ini cukup luas untuk ukuran kosan, berukuran 3x6 meter dengan hanya berisi 2 tempat tidur dan almari (tidak ada barang berharga seperti TV di sini)
Saya, Noto, dan Ari saling mencari tempat yang aman agar tidak terkena lemparan maut dari Ragil. Sumpah, suasananya gaduh banget...
Saya sempat hampir kena sandal, sandal itu melayang tepat di atas kepala saya sewaktu saya jongkok. Saya merasakan anginnya saja. Wkwkwk...
Kami saling mencari tempat perlindungan, bisa di balik almari atau berlindung pakai bantal dan selimut, serta berlindung tepat di balik pintu.
Setelah sekian lama, kamipun menyerah dan Ragil akhirnya bisa masuk. Kejadian ini terus terulang ketika salah satu dari kami pamit ke belakang. Noto korban selanjutnya, dan puncaknya adalah ketika saya yang jadi korban.
Saya melakukan aksi yang sama seperti yang dilakukan oleh Ragil dan Noto. Sampai-sampai sepatu dan sandal kami yang berada di kamar satunya saya ambil dan saya lempar. Sori fren, amunisi saya lebih banyak, Hahahah...
Di dalam kamar yang gelap itu, terdengar sangat gaduh suara mereka berlarian kesana kemari. Akhirnya amunisi habis, tapi pintunya belum dibuka juga. Sayapun menyerah dan ke kamar samping yang tidak dikunci (kamar ini juga kami sewa, kami menyewa 2 kamar). Kebetulan ada buku SNMPTN yang tertinggal, jadi Saya baca-baca di kamar ini...
Tapi anehnya, di tempat Ari, Ragil, dan Noto berada masih terdengar suara gaduh dan suara benda berjatuhan. Samar-samar terdengar :
“Ampun Ga... Ampun... “
“Uwis Ga... Uwis...” (Artinya : Sudah Ga... Sudah...)
“Ga, Lara Ga... Lara...” (Artinya : Ga, Sakit Ga... Sakit...)
Saya kembali ke kamar mereka dan pintu pun sudah terbuka dan lampunya menyala. Aneh...
Ternyata sewaktu saya ada di kamar sebelah, mereka saling lempar-lemparan. Karena gelap, maka mereka tidak tahu posisi dan asal melempar sepatu dan sandal yang ada di dalam kamar tanpa melihat. Jadilah mereka asal melempar dan saling mengincar. Apalagi ditambah dengan misi balas dendamnya Ragil dan Noto terhadap Ari yang belum jadi korban.
(6) Tragedi Tugu Muda
Bukan ke Semarang namanya kalau belum ke Tugu Muda. Jam 11 malam dengan menggunakan taxi, kami berempat refreshing di Tugu Muda. Suasana yang ramai, banyak anak-anak ABG yang lagi pacaran di sini, bikin iri aja. Bahkan ada banyak pejuang SNMPTN yang menghabiskan malam di sini setelah berjuang di medan pertempuran SNMPTN.
Kami eksis foto-foto dan tiduran di atas rumput yang ada di dekat Tugu Muda. Banyak juga orang-orang yang melakukan hal serupa. Dipinggir kolam air berbentuk melingkar yang ada di Tugu Muda kami mengobrol masalah cita-cita kami dan apa yang akan kami lakukan setelah tes ini. Ragil saat itu penasaran dengan air yang ada di kolam itu.
Dia ingin tau apakah airnya dingin atau hangat. Aneh juga ini orang.hehe... Akhirnya, Ragil menyelupkan jarinya ke dalam kolam itu dan ternyata suhu airnya biasa saja katanya.
Tiba-tiba mata Saya tertuju ke arah dimana ada suara orang tertawa. Saya melempar pandangan mata yang agak jauh, ternyata di pinggir kolam letaknya kira-kira 110 derajat (Tugu sebagai pusat koordinat) dari lokasi kami duduk ada sebuah pemandangan unik.
Kenapa unik? Karena di situ ada anak kecil yang sedang buang hajat ke dalam kolam air yang ada di Tugu Muda. Dan sepertinya anak kecil itu sudah lama buang hajat di situ. Ragilpun menyadarinya dan Dia sangat shock.
(7) Gagal ke Lawang Sewu
Ini cerita paling terakhir yang akan Saya posting. Sebenarnya ada banyak cerita lucu, tapi tidak semuanya Saya tulis karena menyangkut privasi dan capek lah nulis sebanyak ini. Saya bukan bang Raditya Dika yang memang punya bakat menulis di blog.hehe...
Lawang Sewu, nama tempat yang selama ini hanya bisa kami lihat di televisi. Kami sudah lama ingin mengunjungi tempat bersejarah ini. Kami berempat bolak-balik berkali-kali dari Mugas kira-kira 15 ribu naik taxi sekali jalan. Dan ternyata sudah tutup. Mungkin ada 5 kali kami bolak-balik ke Lawang Sewu ini.
Akhirnya kami hanya bisa foto-foto di pagarnya saja. Walaupun berada di pinggir jalan raya (apalagi dekat lampu merah), kami tidak malu. Karena yang penting di fotonya, bangunan lawang sewu kelihatan dari dekat. Wkwkwk...
Dulu, saat tes STIS di Gor Jatidiri waktu kami sangat mepet dan gak sempat muter2, Sedangkan saat saya cari kosan buat tes SNMPTN bersama keluarga, saya gak sempat ke Lawang Sewu. Saya cuma sempat mampir ke mall yang ada di simpang lima. Sampai postingan ini terbit di blog, saya belum pernah ke Lawang Sewu meskipun sudah sering muter-muter sekitar Semarang.
******
Hasil dari perjuangan ini adalah, kami berempat (Saya, Ragil, Noto dan Ari) tidak diterima di jalur SNMPTN tulis 2012. Sedangkan Irwan diterima tapi di jurusan yang sebenarnya tidak dia inginkan. Saya dan Irwan akhirnya bisa diterima di UNNES lewat jalur SPMU. Sebuah pelajaran berharga, tidak selamanya perjalanan hidup akan semulus pahanya personil SNSD, terkadang perjalanan hidup penuh rintangan seperti jalan pantura Tegal - Pemalang. Hahahahaha :D
Sekarang kami berlima sudah di jalan kami masing-masing :
Saya : Kuliah di UNNES prodi Pendidikan Akuntansi.
Ragil : Kuliah di UNDIP prodi Matematika (murni).
Irwan : Kuliah di UNNES prodi Pendidikan Matematika.
Ari : Akan kuliah tahun depan di UNDIP atau UNNES. Aamiin..
Noto : Kuliah di LP3i Tegal jurusan Manajemen
#Semoga kami jadi orang sukses dunia akhirat.
Aamiin... :D Baca Selengkapnya...